Ticker

6/recent/ticker-posts

Apakah Era "MADE IN CHINA" Akan Berakhir Simak Ulasannya


TIMESZONA - Sejak tahun 1979 perusahaan asing telah membuka jalur produksi di garis pantai Tiongkok tak khayal pertumbuhan ekonomi yang belum pernah terjadi akhirnya benar-benar menjadi nyata di negara tersebut, sayangnya keajaiban ini tampaknya akan terhenti terlebih inisiatif made in China trainee johnny five yang diluncurkan pertama kali pada tahun 2016 menemui kendala, dimana mana lalu benarkah era made in China telah menemui air mengapa demikian lebih lanjut berikut ulasannya, lingkungan hukum, sebelum terlalu jauh kita harus tahu inti dari made in China twenty twenty five yang pada dasarnya bertujuan untuk mengubah Tiongkok menjadi negara adidaya manufaktur, selain itu keberadaannya bertujuan untuk memutuskan atau setidaknya mengurangi kebergantungan industri pada impor teknologi buatan luar negeri yang canggih.

Nah adapun daftar berikut akan menguraikan sejumlah persoalannya, pertama soal lingkungan hukum perusahaan menghadapi kesulitan dengan mitra lokal yang mengakibatkan perselisihan komersial dan mitigasi yang mahal, di mana pelanggaran kewajiban pembayaran kontrak termasuk di antaranya, pembuat undang-undang dan birokrat menerapkan aturan sesuai dengan kepentingan politik mereka banyak jaksa dan polisi tiongkok yang bahkan tidak memiliki pelatihan memadai ini mengakibatkan berkurangnya aktivitas penurunan komersial.

Pencurian hak kekayaan intelektual dua zonal atau double usg dalam laporannya pada juni 2018 menyinggung rencana Donald Trump untuk melarang banyak perusahaan Tiongkok berinvestasi pada perusahaan teknologi AS, lewat rilis NBC ya juga dilaporkan akan memblokir ekspor teknologi ke tiongkok menyusul tuduhannya terhadap Tiongkok yang sedang berusaha mencuri teknologi AS, demi menyukseskan inisiatif made in China twenty twenty five yang kurangnya perlindungan hak kekayaan intelektual atau HKI adalah masalah utama saat melakukan bisnis di Tiongkok, menurut kami adalah AS 86% dari semua barang palsu berasal dari Tiongkok praktik ini kemudian diperparah dengan maraknya penggunaan nama perusahaan merek dagang dan paten desain yang melanggar hukum.

Tahukah kalian transfer teknologi adalah biaya untuk melakukan bisnis di tiongkok di masa lalu negara ini hanya membutuhkan teknologi baru untuk proyek besar modernisasi negara, karena itu transfer teknologi menjadi jalan satu arah dari investor asing ke berbagai mitra bisnis mereka sekarang, di Tiongkok terkadang sangat maju, sehingga investor perlu membawa produk terbaru mereka ke pasar untuk meyakinkan pelanggan menurut hukum Tiongkok perusahaan asing harus mentransfer teknologi ke mitra lokal setelah mendapatkan keahlian teknis dan kemahiran produk mitra lokal mendirikan perusahaan saingan dan menjual produk yang sama di bawah merek baru dan perlindungan hukum. 

Akhirnya perusahaan asing itu memiliki mantan mitranya sebagai pesaing sementara perusahaan asing menghabiskan miliaran dolar untuk R&D perusahaan tiongkok justru menerima teknologi itu secara gratis, persaingan oleh perusahaan Tiongkok pada tahun 2008 organisasi kepabeanan dunia melaporkan data yang dikumpulkan dari 121 negara hasilnya 65% dari total pengiriman barang palsu yang terdeteksi di dunia, berangkat dari tiongkok bisa dibilang bahwa perampasan hak kekayaan intelektual dan transfer teknologi mengarah pada persaingan asimetris karena perusahaan Tiongkok memproduksi produk palsu.

Pesaing lokal menjual produk dengan harga lebih rendah di pasar domestik dan luar negeri ini menyebabkan kerugian bagi perusahaan asing, sejak aksi Tiongkok golden organization atau WTO pada tahun 2001 ekonominya tumbuh antara 6 sampai 13% per tahun, kota ini sangat menggiurkan bagi perusahaan asing untuk berbisnis di Tiongkok, namun di sisi lain mereka harus berhadapan dengan rendahnya perlindungan hak kekayaan intelektual di sana, spionase komersial belum lama ini tepatnya pada juli 2022 kemarin FBI dan kepala dinas intelligent domestik Inggris sama-sama memperingatkan ancaman spionase komersial oleh tiongkok.

Faktanya yang demikian bukanlah hal baru sebuah dokumen yang dilaporkan disusun dengan bantuan seorang mantan mata-mata agen rahasia Inggris, AS juga menuding Tiongkok berusaha memanipulasi sejumlah figur penting Inggris termasuk para politikus untuk mendukung bisnis raksasa telekomunikasi tersebut di Inggris, menurut mereka setiap perusahaan besar tiongkok di dunia juga menempatkan sel di dalamnya di mana pun ia beroperasi ,mereka disebut bertanggung jawab kepada partai komunis tiongkok yang berkuasa untuk melenggangkan agenda politik dan memastikan bahwa perusahaan itu mematuhi perintah politik.

Masalah tenaga kerja pertumbuhan yang lambat di tiongkok nyatanya turut memicu ketidakpuasan tenaga kerja, pusat pusat manufaktur seperti tianjin shanghai gondong dan jiangsu diketahui telah mengalami peningkatan frekuensi dan insiden kerusuhan buruh dalam beberapa tahun terakhir, perbedaan ekonomi yang besar antara provinsi pendalaman dan pesisir pun telah memicu ketidakpuasan serikat pekerja yang dipimpin negara dan pembatasan mobilitas bekerja juga berdampak buruk bagi perusahaan menurut channel lebon politik ini telah terjadi 9.570 pemogokan buruh di Tiongkok dari tahun 2015 hingga 2022.

Konflik antara buruh dan manajemen lokal pada akhirnya dianggap sebagai tanda dari berakhirnya era manufaktur berbiaya rendah serta awal dari lingkungan yang menantang bagi perusahaan, risiko geopolitik jongkok juga dikenal akan menggunakan penduduknya sebagai senjata untuk menolak akses pasar perusahaan jika mereka tidak mengikuti diktat partai komunis masih ingatkah kalian dengan konflik Tiongkok dan korea selatan, saat itu di tahun 2016 keduanya terlibat konflik setelah dua unit peluncur tadi dimasukkan ke pangkalan angkatan udara AS di kosan.

Tiongkok kemudian melarang konten budaya korea masuk ke negara mereka serta menghalangi pengoperasian bisnis perusahaan asal korsel khususnya lotte yang menyediakan tanah untuk penempatan tadi, tidak ketinggalan penjualan paket pariwisata berkelompok ke korsel juga dilarang bergabungnya warga tiongkok dalam protes terhadap korsel menyebabkan penurunan investasi korea di tiongkok,meningkatkan biaya dalam melakukan bisnis biaya tenaga kerja tiongkok lebih tinggi daripada sebagian besar negara asean mereka juga telah mencapai masa kritis karena standar yang hampir sama dengan negara maju.

Mayoritas pekerja kerah biru alias buruh yang lahir pada tahun 1980an dan 1990an mengkhawatirkan gaji tunjangan finansial masalah sosial dan hak tempat kerja mereka, biaya bisnis meningkat karena pemerintah memperkenalkan undang undang baru yang mengharuskan perusahaan untuk meningkatkan kompensasi karyawan dan tunjangan sdm, sementara itu manufaktur di tiongkok tidak banyak menguntungkan, setelah tanah logistic bea cukai tarif perdagangan perang dagang transfer teknologi pencurian hargai dan biaya karyawan yang dipertimbangkan.

Memisahkan diri dari Tiongkok kesulitan memisahkan diri dari Tiongkok telah menjadi topik umum di media menurut beberapa ahli masyarakat dunia sangat tertanam dalam sistem manufaktur negara ini, mereka mempromosikan globalisasi dan pergerakan bebas industri dan barang, namun ironisnya promosi globalisasi mereka bertentangan dengan argumen yang mengklaim bahwa sulit untuk memisahkan diri dari Tiongkok padahal berinvestasi di negara negara demokratis dan semi demokratis jauh lebih menguntungkan bagi perusahaan perusahaan melakukan diversifikasi aset untuk mengamankan lingkungan bisnis.

Masa negara berkembang seperti vietnam dan pasar cakrawala seperti kamboja dan laos adalah masa depan manufaktur, dia jepang taiwan singapura dan korea selatan juga memiliki infrastruktur kelas dunia, kesimpulan risiko bagi perusahaan asing meningkat karena tiongkok menjadi lebih otoriter di bawah kekuasaan Xi Jin Ping, tindakan keras regulasi terhadap raksasa teknologi Tiongkok selama dua tahun belakangan tidak membantu perekonomian negara tersebut, berdasarkan rilis NBC kan sen dan alibaba melaporkan penurunan pendapatan pertama mereka di kuartal terakhir di mana alamat tencent turun 50% dan laba bersih alibaba turun setengahnya.

Mulai dari kebijakan pemerintah yang memaksa pelanggaran aturan wto kekuasaan diskresi partai komunis tiongkok hingga kebijakan luar negeri yang manipulatif semuanya berdampak buruk pada iklim bisnis iklim investasi yang tidak menguntungkan dapat menyebabkan jatuhnya tiongkok sebagai kekuatan ekonomi ini bukan jeda melainkan akhir dari made in China, jadi diluncurkan pada tahun 2015 pemerintah Tiongkok telah mengucurkan dana untuk strategi made in China feni johnny five, berbagai hambatan dari dalam negeri maupun perang dagang dengan as, jadi tantangan besar dalam ambisi ini, menurut kalian adakah prediksi lain dari kelanjutan era made in china ini.

Posting Komentar

0 Komentar