Ticker

6/recent/ticker-posts

MAMPUKAH BUMI? Ledakan Penduduk di Dunia Semakin Cepat dan Mengkhawatirkan


Berdasar pada prospek populasi dunia PBB 2019, StatisticsTimes memperkirakan 60,12 juta orang akan meninggal pada 2021, sementara 140 juta orang lainnya lahir pada tahun yang sama di seluruh dunia. Penting untuk membahas ini di awal sebab kedua metrik inilah yang menentukan perubahan populasi dunia. Dan seperti yang kalian ketahui, hari ini kita tengah dihadapkan pada persoalan ledakan penduduk atau yang lebih sering kalian namai sebagai overpopulasi. Karena itu data fakta hadir untuk mengurai isu, fakta, serta angka demi menjawab sebuah pertanyaan; apa benar dunia telah melampaui populasi manusia yang dibutuhkan?.


Jumlah manusia bertambah sangat cepat di muka bumi sementara kapasitas daya tampung lahannya semakin menyusut, kalaupun daya tampung masih cukup ketersediaan sumber daya alam yang terbatas adalah kendala lain yang sulit untuk disepelekan, United global mencatatkan bahwa jumlah penduduk baru mencapai 1 miliar pada 1804.


Padahal bumi sudah lahir sejak jutaan tahun sebelum masehi, kemudian secara menakjubkan hanya dibutuhkan waktu sekitar 100 tahun untuk melipat gandakan populasi menjadi dua miliar Pada tahun 1927, untuk selanjutnya berupa ganda Kembali jadi 4 miliar pada tahun 1974 hanya dalam rentang 50 tahun.


Setelah itu kita hanya perlu sampai 2024 untuk menjadi 8 miliar hingga pada 2048 mendatangkan, bersama 9 miliar penghuni lainnya di muka bumi ini area biologis yang dibutuhkan manusia dalam memproduksi kebutuhan-kebutuhannya sesungguhnya bumi telah kelebihan beban.


Sementara para ahli sibuk memprediksi dan berkutat dengan angka kita butuh nilai paten mengenai kapasitas maksimum dari jumlah spesies yang dapat ditampung alam ini dan angka 11 miliar adalah kekhawatiran banyak otoritas dunia, pada hari ini masalahnya manusia berkali-kali salah memprediksi sehingga dalam konteks ini disimpulkan tidak ada presiden nyata yang dapat digunakan untuk mengukur konsekuensi dari pertumbuhan populasi.


Laporan PBB pada tahun 2012 merangkum 65 prediksi ilmiah tentang berapa populasi maksimum yang bisa ditampung bumi hasilnya angka 8 miliar jadi yang paling banyak disebut dalam prediksi, saat itu sementara diketahui angka tersebut jumlahnya nyaris sama dengan populasi manusia pada Tahun 2022 yakni 7,9 miliar jiwa.


Meski bumi sedang tidak baik-baik saja setidaknya belum ada tanda-tanda berakhirnya peradaban seperti prediksi terburuk dari dampak over, ternyata kesalahan bukan yang pertama bukan yang pertama sebab pada awal dalam buku The Shadow of the world future menyarankan angka 7,8 miliar sebagai batas maksimum populasi dunia saat itu yang menuruti masalah kesuburan tanah yang dapat berdampak pada ketersediaan pangan di masa depan.


Namun siapa sangka karbons memenangkan Nobel untuk pengembangan pupuk kimia 3 tahun setelahnya artinya semua amat bergantung pada perilaku manusia dan perkembangan pengetahuan serta teknologi.


Di sisi lain kehidupan terus berlanjut dan manusia tidak pernah putus asa untuk memenuhi kebutuhannya. Nah dari sinilah dampak nyata dari ledakan penduduk terjadi bisa dimulai dari meningkatnya kebutuhan energi setiap tahunnya yang melihat proyeksi badan energi dunia atau internasional energi agency atau AIA hingga tahun 2030, yang menyatakan bahwa permintaan energi dunia meningkat sebesar 45% atau rata-rata mengalami peningkatan sebesar 1,6% per tahun.


Dimana sebagian besar atau sekitar 80% kebutuhan energi dunia tersebut dipasok dari bahan bakar fosil krisis selama periode tersebut sekaligus menempatkan Tiongkok sebagai negara yang menemukan energinya tumbuh paling besar, sementara belakangan ini dia memperlihatkan pertumbuhan permintaan energi cukup besar satu tingkat di bawah Tiongkok.


Selanjutnya pernah kalian mendengar tentang terjemahannya hari sumber daya alam yang akan digunakan oleh manusia, disisa tahun yang sedang berjalan tidak dapat diperbaharui lagi termasuk di dalamnya pangan air dan energi misal pada tahun 2021, hari melampaui batas Indonesia ditetapkan pada tanggal 19 Desember sehingga penggunaan sumber daya 13 hari setelahnya dianggap berhutang pada masa depan.


Sebenarnya angka ini menunjukkan bahwa Indonesia sangat efisien dalam menggunakan sumber daya alamnya terutama jika dibandingkan dengan negara lainnya untuk kita ketahui eod ini berbeda di setiap negara bergantung dari cara hidup, populasinya semisal pada Tahun 2022 jauh lebih cepat yakni pada tanggal 10 Februari dikutip dari laman resminya dihitung dengan membagi bio kapasitas planet atau jumlah sumber daya ekologis yang dapat dihasilkan bumi pada tahun itu dengan zat ekologis manusia kemudian di kalikan 365.


Pemanfaatan uang singkatnya setiap manusia membutuhkan tempat tinggal dan pertumbuhan populasi yang cepat akan menuntut ketersediaan tempat tinggal yang tinggi pula, akibatnya akan banyak alih fungsi lahan yang sebelumnya merupakan lahan pertanian ataupun jauh lambat tapi pasti akan terganti jadi lahan tempat tinggal seiring meningkatnya kebutuhan.


Pada akhirnya pembangunan lahan tempat tinggal bisa saja tidak lagi memperhatikan dampak panjang terhadap lingkungan dampak selanjutnya adalah masalah kerawanan pangan pertanyaan kah kita dapat menanam cukup pangan secara berkelanjutan untuk populasi yang terus berkembang, kira-kira dari mana datangnya makanan untuk buah sampai tiga kali lipat tambahan orang.


Sementara masalah yang dihadapi bukan hanya tentang lahan tetapi juga perubahan iklim dan ini lalu diperburuk dengan minimnya ketersediaan lapangan pekerjaan, yang berdampak langsung pada masalah sosial seperti kemiskinan, pengangguran, konflik antar penduduk, dan tindakan-tindakan kriminalitas. Selain itu penyebaran penyakit yang mewabah akan semakin cepat dan banyak jumlahnya dalam kondisi over populasi bukankah penyebaran konflik 19 adalah contoh yang paling nyata kemarin.


Jadi apakah over populasi sedang terjadi faktanya angka kelahiran memang tinggi, namun berbagai negara akan mengalami penurunan populasi apalagi pandemik 19 cukup berdampak pada populasi Global preset dari Institut matrik dan evaluasi kesehatan di University kesuburan Global hampir turun 50% ke 2,4 pada 2017, diantara negara-negara di dunia populasi 23 negara termasuk Spanyol dan Jepang.


Diprediksi berkurang 50% pada tahun 2100 pada tahun 1950 seorang perempuan rata-rata melahirkan 4,7 anak sepanjang hidupnya, namun studi yang dipublikasikan lewat jurnal ilmiah the Lands itu menyebut angka tersebut diperkirakan akan turun di bawah 1,7 bahkan Tiongkok sebagai negara dengan populasi terbesar di dunia saat ini diperkirakan akan mencatat jumlah penduduk terbanyaknya dengan 1,4 miliar orang dalam waktu 2 tahun 732 juta Pada tahun 2100 secara keseluruhan.


Preset memperkirakan jumlah populasi dunia akan mencapai puncaknya di sekitar tahun 2064 dengan 9,7 miliar orang sebelum turun ke 8,8 miliar pada akhir abad, di sisi lain populasi negara juga akan menua secara dramatis dimana jumlah manusia yang berusia 80 tahun akan sebanyak bayi yang baru lahir. Jika ditanya kenapa ini terjadi tentu saja jawabannya adalah pada seputar penurunan kesuburan tapi penting untuk diketahui bahwa penurunan di sini bukan tentang berkurangnya jumlah sperma atau hal-hal yang bisa disinggung.


Jika membahas fertilitas hanya saja ini lebih kepada meningkatnya jumlah perempuan yang teredukasi dan bekerja ditambah dengan luasnya akses ke kontrasepsi yang membuat perempuan bisa memilih untuk memiliki anak dalam jumlah yang lebih sedikit.

Posting Komentar

0 Komentar